Islam dan Keindonesiaan

 


1. Islam dan Keindonesiaan

a. Peran Juru Dakwah (Ulama & Mubaligh) dalam Sejarah Islam Nusantara

  • Metode Akulturasi:

    • Walisongo menggunakan pendekatan budaya (wayang, gamelan) untuk menyebarkan Islam tanpa menghapus tradisi lokal.

    • Contoh: Sunan Kalijaga menciptakan tembang Lir-Ilir sebagai media dakwah.

  • Pendidikan Islam:

    • Pesantren menjadi pusat dakwah dan perlawanan terhadap kolonialisme (misal: Pesantren Tebuireng, KH. Hasyim Asy’ari).

  • Tradisi Lokal yang Diislamkan:

    • Selamatan (tahlilan) dipadukan dengan nilai Islam.

    • Maulid Nabi dirayakan dengan pembacaan Barzanji.

b. Tantangan Dakwah di Era Modern

  • Radikalisme vs. Moderasi:

    • Sebagian juru dakwah mempromosikan Islam toleran (NU, Muhammadiyah), sementara kelompok lain membawa paham eksklusif.

  • Digitalisasi Dakwah:

    • Ustaz seperti Abdul Somad (konservatif) dan Hanan Attaki (moderat) memengaruhi generasi muda melalui media sosial.

2. Islam, Demokrasi Pancasila, dan Wawasan Keindonesiaan

a. Kontribusi Juru Dakwah dalam Membangun Demokrasi Pancasila

  • Mendorong Partisipasi Politik:

    • Ulama mendorong umat untuk memilih pemimpin yang adil (QS. An-Nisa: 58).

    • Contoh: Fatwa MUI tentang haramnya golput (2019).

  • Menjaga NKRI:

    • Tokoh seperti KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menolak negara Islam dan memperjuangkan pluralisme.

  • Mencegah Politik Identitas:

    • Dakwah yang menekankan persatuan (QS. Ali Imran: 103) vs. kelompok yang memanfaatkan sentimen SARA.

b. Peran Islam dalam Wawasan Keindonesiaan

  • Pancasila sebagai Common Platform:

    • Sila pertama ("Ketuhanan Yang Maha Esa") sejalan dengan tauhid.

    • Ulama menerima Pancasila sebagai darul mitsaq (negara kesepakatan).

  • Bhinneka Tunggal Ika dalam Dakwah:

    • Dakwah inklusif (misal: Habib Luthfi bin Yahya yang berdialog dengan lintas agama).

  • Resolusi Konflik:

    • Juru dakwah berperan sebagai mediator (contoh: konflik Ambon 1999, ulama Kristen-Muslim bekerja sama).

c. Tantangan saat Ini

  • Polarisasi Umat:

    • Pengaruh dakwah radikal vs. moderat di media sosial.

  • Politik Praktis:

    • Beberapa juru dakwah terlibat partisan (mendukung calon tertentu) sehingga mengurangi kredibilitas.

  • Hoaks dan Ujaran Kebencian:

    • Sebagian mubaligh menyebarkan narasi radikal melalui ceramah.

Kesimpulan

Hubungan juru dakwah Islam dan masyarakat Nusantara bersifat dinamis dan simbiosis mutualistik:

  1. Islam telah beradaptasi dengan budaya lokal tanpa kehilangan aqidah.

  2. Ulama dan mubaligh berperan sebagai penjaga demokrasi Pancasila sekaligus pencerah spiritual.

  3. Tantangan ke depan adalah menjaga keseimbangan antara dakwah yang moderat dan tantangan radikalisme di era digital.

Referensi:

  • Al-Qur’an (QS. Ali Imran: 103, QS. An-Nisa: 58)

  • Sejarah Walisongo dan Pesantren (Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat)

  • Pemikiran Gus Dur tentang Pribumisasi Islam

  • Fatwa MUI No. 14/2019 tentang Partisipasi Politik

  • Data survei PPIM UIN Jakarta tentang radikalisme di kalangan dai muda

Komentar